Rabu, 24 April 2019

JURNAL KEISOMERAN GEOMETRI (PENGUBAHAN ASAM MALEAT MENJADI FUMARAT)


JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
  








DISUSUN OLEH :
SANAQ ELFIRA PUTRI
(A1C117071)

           

NAMA DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019


PERCOBAAN IX
I.                   Judul : Keisomeran Geometri (Pengubahan Asam Maleat menjadi Fumarat)
II.                Hari/tanggal : Jum’at/ 26 April 2019
III.             Tujuan : Tujuan dari praktikum kali ini adalah
1.      Dapat memahami azas dasar keisomeran ruang, khususnya isomer geometri
2.      Dapat memahami perbedaan konfigurasi cis dan trans secara kimia dan fisika
IV.             Landasan Teori
Dalam molekul terdapat ruang struktue yang dapat menentukan sifat-sifat dari molekul tersebut. Bila dua gugus yang reaktif adalah cis dan trans terhadap yang lainnya, maka perbedaan geometri kadang-kadang mudah ditunjukkan secara kimia, seperti halnya asam maleat dan asam fumarat, yaitu masing-masing cis asam butendiot. Pemanasan asam maleat didalam tabung tertutup pada titik leleh yang diatas 130oC, maka akan dihasilkan anhidrad maleat dan 1 mol molekul air.


Pada suhu 128oC asam fumarat tidak meleleh tetapi ia menyublim dan membentuk anhidrida polimerik atau pada suhu yang tinggi berubah menjadi anhirida maleat. Perubahan isomer geometri, seperti asam maleat menjadi asam fumarat, dapat terjadi bila ikatan rangkap C=C untuk sementara waktu diubah menjadi ikatan tunggal C-C dan melalui ikatan tunggal inilah perputaran dapat berlangsung dengan bebas. Mekanisme reaksi asam maleat menjadi asam fumarat, yaitu :


 (Tim Penuntun Kimia Organik I).
Atom karbon yang mengikat satu atau lebih gugus fungsi yang dimiliki suatu senyawa organik. Pada atom karbon yang gugusnya berikatan tunggal akan bebas berotasi sepanjang ikatan tunggal –C-C- sehingga tidak dapat dibedakan orientasi bidang ruang gugus fungsinya. Kebalikan dari ikatan tunggal senyawa organik yang memuliki ikatan rangkap atau rantai karbonnya siklik maka atom tersebut tidak dapat berotasi secara bebas sehingga orientasi ruangnya dapat diidentifikasi maka dari itu disebut dengan isomer geometri.


Pada cincin karbon sikloalkana terdapat isomer geometri yang mana unsur ini termasuk kedalam senyawa organik rantai siklik. Pada cincin karbon sikloalkana ini terbentuk bidang pseudo yang berfungsi untuk menetapkan orientasi relatif atom atau gugus yang terikat pada cincin tersebut (stereokimia). Orientasi atom dapat berada pada sisi cincin disebut “atas” sedangkan sisi lain disebut “bawah” (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/).
Isomerisme geometris (juga dikenal sebagai isomerisme cis trans atau isomerisme E-Z) adalah bentuk stereoisomerisme. Isomer sendiri adalah molekul yang memiliki rumus molekul yang sama, tetapi meiliki susunan atom yang berbeda di ruang bebas. Itu tidak termasuk kedalam pengaturan yang berbeda karena molekul berputar secara keseluruhan atau berputar tentang ikatan tertentu. Ketika atom-atom yang membentuk berbagai isomer bergabung dalam urutan yang berbeda, maka situasi inilah yang disebut dengan isomerisme strutural bukan bentuk stereoisomerisme. Dalam stereoisomerisme, atom penyusun isomer bergabung dalam urutan yang sama, tetapi masik berhasil memiliki pengaturan tata ruang yang berbeda. Isomerisme geometris adalah salah satu bentuk stereoisomerisme. Isomer geometri dapat terjadi ketika kita membatasi rotasi disuatu tempat dalam suatu molekul. Dalam kimia organik contohnya yaitu senyawa yang melibatkan ikatan rangkap (Jim, 2000).
Didalam kimia , isomer adalah molekul-molekul yang memiliki rumus kimia yang sama bisa juga jenis ikatannya yang sama namun memiliki susunan atom yang berbeda. Rata-rata suatu isomer memiliki sifat yang hampir mirip satu sama lain. Selain itu terdapat istilah isomer nuklir yang artinya inti-inti atom yang memiliki tingkat eksitasi yang berbeda. Contoh sederhananya adalah C3H8O yang memiliki 3 isomer dengan rumus tersebut yaitu 2 molekul alkohol dan sebuah molekul eter. Dua molekul alkohol yaitu 1-propanol (n-propil alkohol) dan 2-propanol ( isopropil alkohol) sedangkan pada eter yaitu metil etil eter. Antara kedua isomer alkohol tersebut memiliki sifat yang hampir sama (Underwood,1987).
Ketika dua gugus terletak pada satu sisi ikatan pi, maka gugus tersebut disebut dengan cis dalam bahasa latin yang artinya pada sisi yang sama. Sedangkan ketika dua gugus terletak pada sisi yang berlawanan, maka gugus tersebut disebut dengan trans dalam bahasa latin yang artinya berseberangan. Contoh dari cis dan trans sebagai berikut :


Sifat fisik seperti titik didih dari cis dan trans 1,2 dikloroetena sangat berbeda karena mereka adalah suatu senyawa yang berbeda. Tetapi kedua senyawa ini bukanlah isomer-isomer struktur karena urutan ikatan atom-atom dan letak ikatan rangkapnya yang sama. Pasangan isomer ini termasuk kedalam kategori umu stereoisomer, senyawa berlainan mempunyai struktur yang sama, yang berbeda hanya dalam hal penataan atom-atom dalam ruangan (Fessenden, 1997).
V.                Alat dan Bahan
5.1  Alat
a.       Erlenmeyer 125 ml
b.      Pembakar bunsen
c.       Corong buchner
d.      Labu bulat 400 ml
e.       Alat penentu titik leleh
5.2  Bahan
a.       Kertas saring
b.      Anhidrida maleat
c.       HCl pekat
d.      Kondensor refluks
VI.             Prosedur Kerja
            ·         Didihkan 20 ml air suling didalam erlenmeyer 125 ml
            ·         Ditambahkan 15 gram anhidrida maleat dan dilarutkan
           ·        Setelah larutan menjadi jernih, dinginkan labu dibawah pancaran air kran sampai asam maleat mengkristal
         ·        Dikumpulkan asam maleat, dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya. Jangan dibuang filtrat yang mengandung banyak maleat terlarut
           ·         Dipindahkan larutan filtrat kedalam labu bundar 100 ml
           ·         Ditambahkan 15 ml HCl pekat
           ·         Direfluks perlahan-lahan selama 10 menit dan kristal asam fumarat akan segera mengendap.
           ·         Didinginkan larutan pada suhu kamar
           ·         Dikumpulkan asam fumarat dalam corong Buchner
           ·         Direksristalisasi dalam air dan ditentukan titik lelehnya menggunakan melting blok logam


VIDEO

Permasalahan
       1.      Kenapa digunakan air panas untuk melarutkan asam maleat?
       2.      Kenapa kita harus selalu memperhatikan labu dasar ketika direfluks?
       3.      Ketika larutann telah masuk kedalam kondensor ketika dipanaskan, apa yang harus kita lakukan?

Rabu, 17 April 2019

JURNAL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM


JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I









DISUSUN OLEH :
SANAQ ELFIRA PUTRI
(A1C117071)

           

NAMA DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019


PERCOBAAN VIII
I.                   Judul : Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
II.                Hari / tanggal : Kamis / 18 April 2019
III.             Tujuan : Adapun tujuan dari percobaan kali ini yaitu :
1.      Dapat memahami teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
2.      Dapat membuat pelat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
3.      Dapat memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom
4.      Dapat memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom
IV.             Landasan Teori
Teknik pemisahan kromatografi yaitu dengan memisahkan kedua zat berdasarkan pendistribusian zat tersebut yang biasa kita sebut dengan fase diam dan fase gerak. Kromatografi memiliki azas yaitu suatu senyawa yang berbeda memiliki perbedaan koefisien distribusi diantara fase diam dan fase gerak. Ketika suatu senyawa memliki interaksi yang lemah dengan fase diam maka ia akan lebih lama tinggal dalam fase gerak dan bergerak cepat dalam sistem kromatografi. Tetapi sebaliknya, jika suatu senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan bergerak lambat. Seharusnya, senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan bergerak dengan laju yang berbeda dalam sistem kromatografi, sehingga menghasilkan pemisahan yang sempurna. Cara kromatografi dapat digunakan dalam menentukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Istilah preparatif merujuk pada pemisahan dalam skala besar yang menghasilkan pemisahan yang dapat digunakan lebih lanjut (Tim Penuntun Kimia Organik I, 2019).
Kromatografi ialah suatu teknik analisa didalam kimia organik dan biasa digunakan dalam memisahkan campuran suatu zat kemudian dianalisis secara menyeluruh. Ada berbagai jenis kromatografi, yaitu kromatografi cair, gas, penukar ion, afinitas, yang mana tenik tersebut menggunakan prinsip yang sama. Terdapat beberapa istilah penting dalam kromatografi seperti : fase gerak, fase diam, eluen, eluat, elusi dan analit. Fase gerak adalah suatu pelarut yang mengalir didalam kromatografi kolom atau lapis tipis. Fase diam adalah suatu zat padat yang melekat pada lapisan kertas yang biasanya berupa silika gel, selulosa, dll tergantung jenis kromatografinya. Eluen adalah suatu campuran pelarut yang mengalir kedalam kolom atau kertas. Eluat adalah suatu cairan yang keluar dari kolom dan membawa komponen tertentu dari suatu campuran. Elusi adalah suatu proses pemisahan komponen tertentu dari suatu campuran melalui kromatografi kolom dengan kombinasi pelarut. Sedangkan analit adalah komponen-komponen campuran yang memisah dengan proses kromatografi (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Kromatografi adalah alat pemisahan yang kuat yang digunakan di semua cabang ilmu pengetahuan dan seringkali menjadi satu-satunya cara untuk memisahkan komponen dari campuran kompleks. Seorang ahli botani Rusia Michael Tsweet menciptakan istilah kromatografi pada tahun 1906. Penggunaan analitik kromatografi dijelaskan oleh James dan Martin pada tahun 1952, penggunaan kromatografi gas yaitu pada campuran asam lemak. Ada berbagai macam prosedur kromatogradi yang memanfaatkan perbedaan dalam ukuran, mengikat afinitas, muatan dan properti lainnya. Banyak jenis kromatografi yang telah dikembagkan. Ini termasuk kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, kormatografi gas dll (Sasikumar, 2012).
Awalnya kromatografi hanya dianggap sebagai bentuk partisi dari cairan-cairan. Serat selulosa yang bersifat hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat ais, kemudian dibuka di udara yang lembab, kertas saring yang terlihat kering sebenarnya mengandung air yang memiliki presentase tinggi. Jadi kertas yang digunakan dalam kromatografi mengandung air didalamnya. Kertas itu dipandang sebagai analog dengan kolom campur berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu fase geraknya dapat bercampur dengan air. Dan fase geraknya adalah larutan itu sendiri. Dalam kromatografi memiliki komponen terdistribusi yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase geral dan fase diam terjadi ketika molekul bercampur menyerap partikel-partikel pada permukaan (Day&Underwood, 1980).
Tatanan serat kertas membentuk medium berpori yang digunakan sebagai tempat untuk mengalirnya suatu fase gerak. Ada berbagai macam tempat kertas secara komersiil tersedia adalah Whattman, 1,2,31 dan 3 MM. Kertas asam asetil. Kertas kieselguhr, kertas silikon dan kertas penukar ion juga dapat digunakan. Kertas asam asetil ini berfungsi unuk zat-zat hidrofobik. Harga Rf digunakan untuk mengukur kecepatan tepuh suatu zat. Nilai Rf dapat ditulis sebagai berikut:
Rf = jarak yang ditempuh komponen : jarak yang ditempuh pelarut
Hasil dari Rf itu didapatkan dari hasil pembagian jarak yang ditempuh komponen dan jarak yang ditempuh pelarut. Cara mengukurnya dengan mengukur jarak dari titik awal hingga titik tersebut berhenti. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang akan diketahui, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 1990).
V.                Alat dan Bahan
5.1  Alat
a.       Plat TLC
b.      Cawan petri
c.       Chamber
d.      Gelas piala 250 ml
e.       Pipa kapiler
f.       Kolom kromatografi
g.      Tabung reaksi
h.      Penggaris
i.        Pensil batang pengaduk
5.2  Bahan
a.       Metanol
b.      Etanol
c.       Etil asetat
d.      Kloroform
e.       N-heksane
f.       Aseton
g.      Serium sulfat
h.      10 ekstrak tanaman
i.        10 ekstrak daun
j.        Silika gel
k.      Kertas saring
VI.             Prosedur Kerja
6.1  Kromatografi Lapis Tipis
a.       Siapkan Plat TLC
b.      Dibuat larutan pengembang dalam gelas piala 1L  dengan komposisi Etanol : Metanol : Kloroform     : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
c.       Dibuat 10 larutan sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol
d.      Masing- masing diambil larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan ) diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
e.       Keringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup)
f.       Masukkan pelat ke dalam bejana pengembang
g.      Biarkan proses ini berlangsung sampai garis dmencapai 1 cm dari tepi atas pelat
h.      Angkat pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengann serium sulfat
i.        Hitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.

6.2  Kromatografi Kolom
a.       Siapkan 10 ekstrak daun
b.      Siapkan kolom kromatografi
c.       Sumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
d.      Dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
e.       Larutan tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
f.       Dimasukkan sampel yang akan di kromatografi
g.       Pelarut harus terus- menerus diteteskan kedalam kolom
h.      Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan berdasarkan warnanya.
VIDEO
KLIK DISINI


PERMASALAHAN
       1. Dari video diatas apa fungsi dari diberinya garis tengah dan tanda P ?
       2.  Apa pelarut yang digunakan untuk kromatografi kertas pada bayam ?
       3.  Apa yang terjadi pada sampel bayam bila pelarut telah naik 1.5 cm ?


Kamis, 11 April 2019

LAPORAN SINTESIS ASETON


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I









DISUSUN OLEH :
SANAQ ELFIRA PUTRI
(A1C117071)

           

NAMA DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019


I.                   Data Pengamatan
1.1  Pembuatan Aseton dengan Oksidator Kalium Permanganat
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
        1.       
Dirangkai alat

        2.       
Aquades 85 mL + 26 mL 2-propanol + 12 mL Asam sulfat pekat + 16 gram KMnO4 dan diaduk 
Ketika aquades, 2-propanol dan asam sulfat pekat ditambahkan larutan berwarna bening dan terasa panas. Dan ketika dimasukkan KMnO4 kedalam labu alas bulat menjadi berwarna ungu pekat, mendidih dan lama kelamaan warna berubah menjadi coklat betadine
       3.       
Dimasukkan batu didih dan dilakukan destilasi dengan suhu berkisar 75oC-80oC
Tetesan pertama pada waktu 3 menit dan suhu nya 78oC.
       4.       
Diukur volume aseton
Didapat 40 tetes = 2 mL
       5.       
Bau yang ditimbulkan dibandingkan sengan bau aseton murni
Bau sesuai dengan bau aseton

1.2   Pembuatan Aseton dengan Oksidator Kalium Bikromat
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
          1.       
Dirangkai alat destilasi

          2.       
27,5 mL H2SO4 pekat + 50 mL air + 29,2  2-propanol dengan suhu <50oC 
Larutan menjadi bening dan mengeluarkan panas. Suhunya yaitu 67oC
          3.       
10 gram K2Cr2O7 + 100 mL air dimasukkan ke gelas kimia dan
Kristal K2Cr2O7 berwarna orange dan ketika dicampur air kristal K2Cr2O7 larut dan tetap berwarna orange
          4.       
Dipanaskan campuran tadi sampai mendidih
Mendidih
          5.       
Dimasukkan campuran tadi dan K2Cr2O7  secara perlahan
Ketika ditambahkan larutan, pada tetesan awal warna menjadi hiaju tosca dan lama kelamaan jadi pekat dan larutan menggelegak
          6.       
Didestilasi hingga suhu 75oC dan dicatat volumenya
Tetesan pertama muncul pada waktu 7 menit 44 detik dan suhunya 83oC. Volumenya  40 tetes = 2 mL.

II.                Pembahasan
Aseton atau 2-propanon adal suatu senyawa keton yang paling sederhana, tak berwarna, mudah menguap, dan termasuk pelarut yang mudah terbakar. Aseton dapat ditemukan dialam dalam betuk hasil penguraian metabolisme lemak hewan dan dapat ditemukan juga pada tumbuhan. Aseton memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari contohnya sebagai bahan pembersih kuteks, keyboard laptop dan lain-lain (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/03/sintesis-aseton/).
2.1  Pembuatan Aseton dengan Oksidator Kalium Permanganat
Pada percobaan sintesis aseton ini bertujuan untuk mendapatkan aseton yang murni dengan cara mensintesis aseton dengan oksidator kalium permanganat. Aseton ialah suatu senyawa keton yang paling sederhana dan suatu pelarut organik yang mudah terbakar. Banyak kegunaan aseton yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dapat membersihkan kotoran yang ada pada suatu benda. Pada percobaan ini hal yang pertama dilakukan adalah merangkai alat, kemudian aquades dicampur dengan asam sulfat pekat dan 2-propanol. 2-propanol merupakan senyawa alkohol sekunder dan membutuhkan bantuan katalis untuk membentuk aseton. Kegunaan katalis dalam percobaan ini adalah untuk mempercepat laju reaksi. Campuran larutan tadi didapatkan hasil larutan tersebut menjadi berwarna bening. Setelah itu dimasukkan kristal KMnO4, larutan tadi yang awalnya bening menjadi berwarna ungu dan menggelegak. Campuran larutan tadi digoncang dan didiamkan agar larutan tersebut agak sedikit dingin. Pada saat itu reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm karena larutan mengeluarkan panas. Kemudian larutan tersebut di destilasi dengan suhu yang berkisar antara 75oC-80oC. Tetesan pertama didapatkan pada waktu ke 3 menit dan suhu 78 oC dan didapatkan volumenya yaitu 2mL atau 40 tetes. Warna larutan kemudian berubah menjadi coklat betadine hal ini dikarenakan kalium permanganat dalam keadaan basa akan membentuk suatu mangan (IV) oksida (MnO2). Kami menguji apakah destilat tersebut benar-benar aseton atau bukan dengan menggunakan destilat tersebut untuk menghapus noda yang ada di papan tulis. Hasilnya destilat tersebut dapat menghapus noda tersebut. Dan dapat dikatakan bahwa hasil destilat tersebut adalah senyawa aseton.
2.2  Pembuatan Aseton dengan Oksidator Kalium Bikromat
Pada percobaan ini bertujuan untuk membuat aseton dengan bantuan katalis kalium bikromat. 2-propanol merupakan senyawa alkohol sekunder dan membutuhkan bantuan katalis untuk membentuk aseton. Kegunaan katalis dalam percobaan ini adalah untuk mempercepat laju reaksi dan untuk mengoksidasi 2-propanol menjadi aseton. Ketika asam sulfat pekat ditambahkan dengan isopropil alkohol dan air larutan menjadi bening dan menimbulkan padas. Hal ini dikarenakan tejadi reaksi eksoterm dan ketika diukur suhunya yaitu 67 oC. Ketika proses pemanasan larutan diatas kami membuat larutan kalium bikromat dengan mencampurkan 10 gram kalium bikromat dengan 100 mL air. Setelah dicampurkan dalam gelas kimia kemudian larutan tadi dimasukkan kedalam corong pisah agar mempermudah meneteskannya kedalam campuran asam sulfat pekat dan isopropil alkohol. Ketika diteteskan, tetesan pertama berwarna hijau tosca kemudian ketika diteteskan terus lama kelamaan warnanya berubah menjadi pekat. Kemudian didestilasi dan tetesan pertama didapatkan pada waktu 7 menit 44 detik dan suhunyan 83 oC. Selain itu didapatkan volumenya yaitu 40 tetes atau setara dengan 2mL. Kami menguji apakah destilat tersebut benar-benar aseton atau bukan dengan menggunakan destilat tersebut untuk menghapus noda yang ada di papan tulis. Hasilnya destilat tersebut dapat menghapus noda tersebut. Dan dapat dikatakan bahwa hasil destilat tersebut adalah senyawa aseton.

III.             Permasalahan
1.      Mengapa waktu pembentukan aseton dengan oksidator kalium permanganat lebih cepat daripada dengan kalium bikromat?
2.      Mengapa harus digunakan katalis untuk pembuatan aseton?
3.      Apa yang membuktikan bahwa hasil destilat tersebut adalah aseton?
IV.             Kesimpulan
1.      Ketika mensintesis aseton menggunakan isopropil alkohol dengan bantuan katalis yaitu kalium permanganat dan kalium bikromat. Digunakan katalis dikarenakan katalis ini dapat mengoksidasi isopropil alkohol dan menjadikannya aseton.
2.      Dari kedua percobaan tersebut didapatkan volume asetonnya yaitu 2 mL atau 40 tetes. Mekanisme reaksinya dengan mengoksidasi isopropil alkohol dengan katalis.
V.                Daftar Pustaka
      ·         Tim Penuntun Kimia Organik I. 2019. Penuntun Kimia Organik I. Jambi : Universitas Jambi.
      ·         Wade. 2006. Organic Chemistry, Sixth Edition. New Jersey : Pearson Education International.
      ·         Elsivier. 2013. Spesifikasi Senyawa Kimia. Amerika : Reed Elsivier Group.
      ·         Lilly. 1921. The Oxidation Of Isopropyl Alcohol, Acetone, and Butyl Compound by Neutral  and Alkaline Pottasium Permanganate
      ·        http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/03/sintesis-aseton/. diakses tanggal 5 April 2019.
VI.             Lampiran

Perangkaian Alat destilasi

Larutan dalam Pembuatan Aseton yang diletakkan dimantel Pemanas


Hasil Destilat dari Sintesis Aseton dengan Kalium Permanganat

Hasil Destilat dari Sintesis Aseton dengan Kalium Dikromat