Kamis, 09 Mei 2019

LAPORAN KEISOMERAN GEOMETRI


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I










DISUSUN OLEH :
SANAQ ELFIRA PUTRI
(A1C117071)

           

NAMA DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




I.                   Data Pengamatan
Ditumbuk  sampel( apel hijau) yang mengandung asam maleat untuk diambil ekstraknya.
Didapatkan ekstrak apel hijau yang mengandung asam maleat.
Sampel yang telah diekstrak dimasukkan kedalam labu dasar bulat sebanyak 20 ml lyang telah diisi dengan batu didih lalu ditabahkan dengan HCl pekat dan
Warna larutan menjadi coklat. Dan berbau seperti karamel.
Direflusk selama 10 menit dengan suhu70-80Âșc
Warna coklatnya makin lama makin pekat.
Setelah direfluks filtrat di saring
Tedapat endapan bewarna hitam yang tinggal di kertas saring, dan filtrat tetap bewarna coklat.
Dilakukan rekristalisasi,
Filtrat didingikan filtrat di es baru
Tidak terdapat kristal.

II.                Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu tentang pengubahan asam maleat menjadi fumarat. Dimana kedua senyawa ini adalah senyawa yang berisomer cis dan trans. Dengan menggunakan prinsip reaksi adisi-eliminasi yang mana reaksi tersebut memutuskan ikatan phi dengan reaksi adisi dan kemudian membentuk kembali dengan menggunakan reaksi eliminasi. Metode yang digunakan adalah metode refluks, yaitu proses pendidihan atau pendestilasian dengan kolom fraksionasi sehingga uap yang terbentuk berkondensasi dan mengalir lagi kebawah. Akibatnya, terjadi proses alir balik dan proses ini berlaku kontinyu. Selain itu menggunakan metode kristalisasi yaitu pemisahan endapan dari larutan berdasarkan perbedaan kelarutan dan metode rekristalisasi yaitu pemurnian kristal dari larutan pengotornya. Atom karbon yang mengikat satu atau lebih gugus fungsi yang dimiliki suatu senyawa organik. Pada atom karbon yang gugusnya berikatan tunggal akan bebas berotasi sepanjang ikatan tunggal –C-C- sehingga tidak dapat dibedakan orientasi bidang ruang gugus fungsinya. Kebalikan dari ikatan tunggal senyawa organik yang memuliki ikatan rangkap atau rantai karbonnya siklik maka atom tersebut tidak dapat berotasi secara bebas sehingga orientasi ruangnya dapat diidentifikasi maka dari itu disebut dengan isomer geometri(http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/).
Hal yang pertama kali yaitu menyiapkan alat dan bahan. Bahan yang disiapkan ditumbuk dan diambil airnya. Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini adalah apel hijau karena didalam apel hijau terdapat asam maleat maupun jumlahnya tidak banyak. Setelah didapat air dari apel tersebut kemudian dimasukan ekstrak kedalam labu dasar bulat. Setelah itu dimasukkan HCl 15 ml dan ditambahkan batu didih  dan warna dari larutan tersebut adalah coklat. Kemudian larutan tersebut direfluks agar asam maleat dapat berubah menjadi asam fumarat. Tujuan dari refluk ini adalah untuk mempercepat pemutusan bikatan rangkap. Pada saat merefluk dibutuhkan waktu selama 10 menit dengan suhu 70-80oC. Pada saat direfluk makin lama makin pekat warna coklatnya pada menit ke 3. Pada menit ke 10 refluk ini kami hentian dan disaringlah larutan tersebut dan disaring. Didapatkan endapan yang berwarna hitam dan filtratnya berwarna pekat. Kemudian filtartnya dijenuhkan tetapi tidak terjadi apa-apa dan baunya caramel. Seharusnya filtrat yang didapat yaitu berwarna bening hal ini yang menandakan bahwa sudah terjadinya perubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Hal ini mungkin dikarenakan tidak digunakannya asam maleat murni.
III.             Permasalahan
1.      Apa fungsi dari penambahan HCl?
2.      Reaksi apa saja yang terjadi pada percobaan ini ?
3.      Apa ciri dari asam maleat?
IV.             Kesimpulan
1.      Isomer geometri adalah isomer yang diakibatkan oleh ketegangan molekul.
2.      Asam maleat dan asam fumarat adalah isomer geometri cis dan trans
3.      Prinsip dasar dari peri percobaan ini adalah mengubah asam maleat menjadi asam fumarat berdasarkan reaksi adisi dan eliminasi
V.                Daftar Pustaka
·         Fessenden. 1998. Organic Chemistry Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
·         Jim. 2000. Stereoisomerism-Geometric Isomerism. Chemguide UK
·         Tim Penuntun Kimia Organik I. 2019. Penuntun Kimia Organik I. Jambi:Universitas Jambi.
·         Underwood. 1987. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta:Erlangga.
VI.             Lampiran
Proses Refluk

Sampel

Proses Penyaringan

Hasil Penyaringan

LAPORAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I







DISUSUN OLEH :
SANAQ ELFIRA PUTRI
(A1C117071)

           

NAMA DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




I.                    Data Pengamatan
7.1  Kromatografi Lapis Tipis
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Disiapkan plat TLC

Sampel yang akan diuji diekstraki dengan metanol:
a.    Buah naga
b.    Bayam
c.    Nanas
d.   Kembang kertas
e.    Semangka
f.     Wortel
g.    Pepaya
h.    Kentang
i.      Tomat
j.      Kembang sepatu
Hasil dari ekstraksi sampel dengan metanol yaitu:
a.    Larutan berwarna merah keunguan
b.    Larutan berwarna hijau
c.    Larutan berwarna kuning
d.   Larutan berwarna merah pudar
e.    Larutan berwarna merah jernih
f.     Larutan berwarna oren
g.    Larutan berwarna oren
h.    Larutan berwarna coklat pudar
i.      Larutan berwarna oren pudar
j.      Larutan berwarna merah
Sampel yang telah diekstraksi ditotolkan ke plat TLC kemudian plat dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen (n-heksana : etil asetat = 2 ml : 1 ml). Diukur noda yang bergerak
a.    Buah naga
b.    Bayam
c.    Nanas
d.   Kembang kertas
e.    Semangka
f.     Wortel
g.    Pepaya
h.    Kentang
i.      Tomat
j.      Kembang sepatu
a.    Noda bergerak dengan jarak noda 3,9 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
b.    Jarak noda 0,3 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
c.    Jarak noda 3,8 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
d.   Jarak noda 2,5 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
e.    Jarak noda 3,7 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
f.     Jarak noda 3,9 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
g.    Jarak noda 3,8 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
h.    Jarak noda 0 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
i.      Jarak noda 4,1 cm dan jarak pelarut 4,7 cm
j.      Jarak noda 4 cm dan jarak pelarut 4,7 cm

7.2 Kromatografi Kolom
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Disiapkan kolom kromatografi dengan sebuah pipet tetes lalu disumbat ujung bawahnya dengan kapas dan dialiri dengan n-heksana
Kolom menjadi bersih dan ketika dialiri dengan n-heksan larutannya turun dan sisa kapas yang menempel di dinding kolom menjadi turun.
Dibuat silika gel dengan mencampurkan n-heksana dengan silika gel
Larutan menjadi bercampur
Dimasukkan kedalam kolom silika gel yang telah dibuat, sambil kolom diketuk-ketuk sampai setengah kolom.
Silik gel menjadi memadat dan n-heksannya turun ke bawah melewati kapas.
Sample disiapkan dan diekstrak dengan metanol.
     a.       Buah naga
     b.      Bayam
     c.       Nanas
     d.      Kembang kertas   
     e.       Semangka
     f.       Wortel
     g.      Pepaya
     h.      Kentang
     i.        Tomat
     j.        Kembang sepatu
Didapatkan hasil yaitu:
     a.       Larutan berwarna merah keunguan
     b.      Larutan berwarna hijau
     c.       Larutan berwarna kuning
     d.      Larutan berwarna merah pudar
     e.       Larutan berwarna merah jernih
     f.       Larutan berwarna orange
     g.      Larutan berwarna orang
     h.      Larutan berwarna hitam
     i.        Larutan berwarna orange pudar
     j.        Larutan berwarna merah
Sampel di campur dengan sesudip bubuk silika gel, diaduk sampai kering
sampel menjadi menyatu dengan bubuk silikka gel dan warnanya sama dengan warna sampel.
Dimasukkan sampel yang sudah dicampurkan silika gel setinggi 1 cm kedalam kolom yang sudah ada silika gel lalu dialiri dengan eluennya.
Sampel :
a.       Buah naga
b.    Bayam
c.    Nanas
d.   Kembang kertas
e.    Semangka
f.     Wortel
g.    Pepaya
h.    Kentang
i.      Tomat
j.      Kembang sepatu      
Sampelnya di atas dan warnanya akan turun kebawah setelah dialiri dengan eluen.
Hasil dari beberapa sampel :
     a.       Sampel a dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (8:1) didapatkan fraksi sebanyak 4  botol.
     b.      Sampel b dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (5:10) didapatkan fraksi sebanyak 5  botol.
     c.       Sampel c dengan eluen yang dipakai kloroform dan metanol asetat (3:1) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol.
     d.      Sampel d dengan eluen yang dipakai kloroform didapatkan fraksi sebanyak 5  botol.
     e.       Sampel e dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol.
     f.       Sampel f dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol.
     g.      Sampel g dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol.
     h.      Sampel h dengan eluen yang dipakai kloroform dan metanol (3:1) didapatkan fraksi sebanyak 4  botol.
     i.        Sampel i dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol.
     j.        Sampel j dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol.

Didiamkan fraksi yang ditutup dengan almuniumfoil yang diberi lubang beebrapa hari
fraksi yang ada dalam botol menguap
Botol yang berisi fraksi tadi ditetesi dengan setetes metanol, lalu di TLC
Akan didapatkan

7.3 TLC
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Sampel ditotolkan pada plat TLC terdapat 5 totolan, yaitu
Totolan 1 : Crude
Totolan 2 : 2
Totolan 3 : 3
Totolan 4 : 4
Kemudian ditotolah sampel yang ada, yaitu:
a.    Buah naga
b.    Bayam
c.    Nanas
d.   Kembang kertas
e.    Semangka
f.     Wortel
g.    Pepaya
h.    Kentang
i.      Tomat
j.      Kembang sepatu
     a.       Pada sampel a didapatkan hasil setelah di TLC yaitu yang bergerak hanya crudenya saja
     b.      Pada sampel a didapatkan hasil setelah di TLC yaitu tidak ada yang bergerak pada plat tersebut
     c.       Pada sampel a didapatkan hasil setelah di TLC yaitu tidak bergerak dan tidak berwarna
     d.      Pada sampel a didapatkan hasil setelah di TLC yaitu crudenya bergerak dan ada titik ditengah jalannya crude yang berwarna ungu
     e.       Pada sampel a didapatkan hasil setelah di TLC yaitu crudenya bergerak dan berwarna kuning
     f.       Pada sampel a didapatkan hasil setelah di TLC yaitu crudenya  bergerak dan berwarna kuning. No.1 tidak bergerak tetapi berwara cream, no.2 dan seterusnya tidak terjadi apa-apa
     g.      Pada sampel a didapatkan hasil setelah di TLC yaitu crudenya bergerak berwarna orange pudar, no.2 tidak bergerak tapi terdapat warna cream pudar, no.3 bergerak berwarna cream pudar, no.4 tidak bergerak tapi terdapat warna cream pudar
      h.       Pada sampel a didapatkan hasil setelah di TLC yaitu crudenya tidak bergerak tetapi terdapat wara abu-abu
     i.        Pada sampel a didapatkan hasil setelah di TLC yaitu no.3 bergerak dan berwarna abu-abu
     j.        Pada sampel a didapatkan hasil setelah di TLC yaitu crudenya tidak bergerak tetapi terdapat warna cream

II.                Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan percobaan mngenai kromatografi lapis tipis dan kolom. Kromatografi ialah suatu teknik analisa didalam kimia organik dan biasa digunakan dalam memisahkan campuran suatu zat kemudian dianalisis secara menyeluruh. Ada berbagai jenis kromatografi, yaitu kromatografi cair, gas, penukar ion, afinitas, yang mana tenik tersebut menggunakan prinsip yang sama. Terdapat beberapa istilah penting dalam kromatografi seperti : fase gerak, fase diam, eluen, eluat, elusi dan analit. Fase gerak adalah suatu pelarut yang mengalir didalam kromatografi kolom atau lapis tipis. Fase diam adalah suatu zat padat yang melekat pada lapisan kertas yang biasanya berupa silika gel, selulosa, dll tergantung jenis kromatografinya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
a.       Kromatografi Lapis Tipis
Pertama-tama sebelum kami melakukan kromatografi lapis tipis, kami menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan. Bahan yang diperlukan seperti sampel yang akan digunakan. Sampel yang akan digunakan ada 10 yaitu : a. Buah naga, b. Bayam, c. Nanas, d. Bunga kertas, e. Semangka, f. Wortel, g. pepaya, h. Kentang, i. Tomat, j. Bunga sepatu. Pada kromatografi ini melibatkan fasa gerak dan fasa diam yang mana fasa geraknya adalah eluen yang berupa cairan sedangkan fasa geraknya adalah plat TLC.
Ketika akan melakukan kromatografi lapis tipis awalnya dipotong plat dengan panjang 5cm dan lebarnya 3cm. Kemudian diberi batas 0.5cm. dan fasa diam yang digunakan atau eluen yang digunakan adalah n-heksane dan etil asetat dengan perbandingan 2:1. Setiap sampel ditetesi pada plat. Satu plat terdiri dari 4 totolan yang terdiri dari 4 sampel yang berbeda. Plat pertam terdiri dari buah naga, bayam, nanas, bunga kertas dan kami totolkan ke plat menggunakan pipa kapiler. Setelah itu plat yang pertama dimasukkan kedalam chamber yang telah berisi eluen dan ditunggu sampai eluen bergerak hingga garis batas atas. Ketika eluen telah bergerak hingga garis batas atas pada plat dan dikeluarkan plat tersebut. dilihat noda yang ada plat tersebut agar lebih jelas maka digunakan sinar UV. Maka didapatkanlah jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang ditempuh oleh pelarut. Hal diatas dilakukan juga untuk semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat dan bunga sepatu. Masing-masing sampel tersebut ditotolkan di plat TLC dan di masukkan kedalm chamber. Setelah beberapa menit dan eluen telah bergerak naik sampai garis batas atas maka plat tersebut dikeluarkan dalam chamber. Didapatkan jarak tempuh senyawa tersebut dan jarak yang ditempuh oleh eluen. Kemudian dihitung nilai Rfnya dengan menggunakan rumus :

Rf = jarak yang ditempuh oleh senyawa / jarak yang ditempuh oleh eluen

Setelah percobaan didapatkan Rf setiap sampel yaitu :
Untuk sampel A          Rf = 3,9 / 4,8 = 0,8215
Untuk sampel B          Rf = 0,3 / 4,8 = 0,79166
Untuk sampel C          Rf = 3,8 / 4,8 = 0,520
Untuk sampel D          Rf = 3,7 / 4,5 = 0,8222
Untuk sampel F           Rf = 3,9 / 4,5 = 0,8666
Untuk sampel G          Rf = 3,8 / 4,5 = 0,8444
Untuk sampel H          Rf = 0 / 4,5 = 0
Untuk sampel I           Rf = 4,1 / 4,7 = 0,8723
Untuk sampel J           Rf = 4 / 4,7 = 0,8510

b.      Kromatografi Kolom
Pada kromatografi kolom, yang pertama kali dilakukan adalah penyiapan kolom. Kemudian dimasukkan kapas kedalam kolom tersebut. setelah itu ditetesi dengan n-heksane di sekeliling kolom tersebut. Hal ini dilakukan agar kolom menjadi steril dan juga untuk membersigkan kolom tersebut. kemudia dilarutkan silika gel dengan n-heksan dan dimasukkan kekolom hingga setengah kolom dan hingga silika gel memadat agar silika gel memadat maka kami harus mengetuk-ngetuk dinding kolom. Dimasukkan satu sudip silika gel dan ditetesi sampel di cawan petri. Setelah bercampur, campuran tersebut dimasukkan kedalam kolom. Dan disiapkan juga botol kecil.
Pada sampel a dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat 8:1 didapatkan fraksi sebanyak 4  botol. Pada saat cairan turun, sampel tidak ikut turun. Kemudian diganti perbandingannya dengan 16:2. Ternyata sampel turun sedikit dan dimasukkan lagi pelarutnya turun hampir setengah. Sampel b dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (5:10) didapatkan fraksi sebanyak 5  botol. Pada botol 1 warnanya bening, botol 2 hijau, botol 3 hijau pudar, botol 4 bening, botol 5 bening. Sampel c dengan eluen yang dipakai kloroform dan metanol asetat (3:1) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol. Pada botol 1 warnanya bening, botol 2 bening dan botol 3 bening. Sampel d dengan eluen yang dipakai kloroform didapatkan fraksi sebanyak 5  botol. Pada botol 1 berwarna bening, botol 2 bening ada minyak, botol 3 agak keruh, botol 4 bening, botol 5 bening. Sampel e dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol. Botol 1 warnanya bening dan sampelnya turun, botol 2 kuning pudar dan botol 3 bening. Sampel f dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol. Botol 1 bening, botol 2 kuning cerah dan botol 3 bening. Sampel g dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol. Botol 1 warnanya bening, botol 2 kekuningan, botol 3 bening dan botol 4 bening. Sampel h dengan eluen yang dipakai kloroform dan metanol (3:1) didapatkan fraksi sebanyak 4  botol. Botol 1 bening, botol 2 kekuningan, botol 3 bening dan botol 4 bening. Sampel i dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol. Botol 1 bening, botol 2 kuning keruh, botol 3 dan 4 bening. Sampel j dengan eluen yang dipakai n-heksana dan etil asetat (3:2) didapatkan fraksi sebanyak 3  botol. Botol 1 bening, botol 2 kemerahan dan botol 3 bening. Ketika melakukan kromatografi kolom sampel yang akan dianalisis turun nya dengan kecepatan yang berbeda-beda dan setelah turun ditampung ke dalam tabung kecil. Dan hasil dari kromatografi tersebut di simpan dalam botol kecil dan didiamkan hingga kurang lebih seminggu.
c.       TLC
Pada sampel a tiap botol ditambahkan metanol. Kemudia baru ditotoli di plat TLC dan didapatkan hasil yang bergerak hanya crudenya saja. Sampel b ditetesi metanol tiap botol. Tidak ada yang bergerak tetapi hanya memberikan warna pada totolan ke 1,2,3. Pada sampel c digunakan kloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1. Hasilnya tidak bergerak dan tidak berwarna. Sampel d, tiap botolnya di tetesi dengan metanol dan hasilnya yang bergerak hanya crudenya dan di tengah ada titik berwarna ungu. Sampel e ketika di TLC menghasilkan crudenya bergerak dan berwarna kuning. Pada sampel f crudenya bergerak dan berwarna kuning, no,1 tidak bergerak dan berwarna cream, no,2 tidak ada apa-apa, no. 3 bening.  Sampel g crudenya bergerak dan warnanya orange pudar, no.2 tidak bergerak tetapi terdapat warna cream pudar, no.3 bergerak dan berwarna cream pudar, no.4 tidak bergerak tetapi terdapat warna cream pudar. Sampel h crudenya tidak bergerak tetapi terdapat warna abu-abu. Sampel i botol 3 bergerak dan berwarna abu-abu. Sampel j crudenya tidak bergerak dan berwarna cream.
III.             Permasalahan
1.      Mengapa kolom sebelum digunakan harus ditetesi dengan n-heksan?
2.      Mengapa pada kromatografi kolom kecepatan sampel untuk turun berbeda-beda?
3.      Bagaimana cara agar silika gel dalam kolom memadat?

IV.             Kesimpulan
1.      Prinsip dasar dari kromatografi yaitu memisahkan suatu zat berdasarkan atas distribusi sampel diantara 2 fasa yaitu fasa gerak dan fasa diam
2.      Kromatografi lapis tipis (KLT) sangat bergantung pada cepat lambat suatu noda dengan lapis tipis
3.      Metanol memiliki kepolaran yang lebih besar ketimbang kloroform
V.                Daftar Pustaka
·         Tim Penuntun Kimia Organik I.2019. Penuntun Kimia Organik I. Jambi:Universitas Jambi.
·         Day& Underwood. 1987. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta:Erlangga.
·         Sasikumar. 2012. Extraction Preliminary Phytochemical Screening of Active Compounds In Morinda Citrifolia Fruit. Asian J Pharm Clin Res, 5:179-181.
·         Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

VI.             Lampiran
Hasil TLC

Penyinaran dengan Sinar UV

Persiapan Sampel

Proses Kromatografi Kolom